Berkesempatan menjadi pemateri di acara Short Course PKDP, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag menyampaikan tema tentang Road Map Pelatihan dan Pengembangan SDM Kementrian Agama. Materi tersebut disampaikan kepada para peserta yang bertempat di ruang Pinus, Hotel Grandwhiz Poin, Lebak Bulus, 23 Agustus 2023.
Short Course PKDP didesain dengan tujuan agar para dosen memiliki persamaan persepsi tentang apa yang dimaksud dengan kompetensi dosen. Pada tahun 1980an, dosen hanya mengandalkan diktat (semacam modul) untuk mengajar para mahasiswa. Saat ini, lanjut Suyitno, mahasiswa kita tidak dapat dididik seperti itu lagi. Karena kini sudah tersedia berbagai sumber informasi. Apalagi dengan kehadiran AI, semua informasi penting dapat dengan mudah ditemukan. Sehingga, kemudian muncul pertanyaan apakah fungsi dosen seperti di masa lampau masih relevan dengan zaman sekarang?. Jawabannya tentu saja tidak. Dosen harus lebih cerdas daripada AI. Ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI. Salah satunya AI tidak memiliki soft skill. Oleh karena itu, tegas Suyitno, dosen harus memiliki soft skill.
Berbicara di depan 80 peserta PKDP, Suyitno menyampaikan alasan mengapa PKDP sangat penting untuk diadakan. Salah satu alasannya adalah banyak dosen yang tidak memiliki background ilmu pendidikan, namun karena faktor kebutuhan terpaksa harus segera langsung mengajar. Padahal sebelum mengajar, penting sekali bagi dosen memahami dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Untuk dosen PNS, sebelum diangkat, diwajibkan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) atau dahulu lebih dikenal dengan sebutan Diklat Pra Jabatan. Namun Diklatsar ini tentu saja belum cukup menguatkan kompetensi dosen terkait teknis pengajaram
Short Course PKDP didesain dengan tujuan agar para dosen memiliki persamaan persepsi tentang apa yang dimaksud dengan kompetensi dosen. Pada tahun 1980an, dosen hanya mengandalkan diktat (semacam modul) untuk mengajar para mahasiswa. Saat ini, lanjut Suyitno, mahasiswa kita tidak dapat dididik seperti itu lagi. Karena kini sudah tersedia berbagai sumber informasi. Apalagi dengan kehadiran AI, semua informasi penting dapat dengan mudah ditemukan. Sehingga, kemudian muncul pertanyaan apakah fungsi dosen seperti di masa lampau masih relevan dengan zaman sekarang?. Jawabannya tentu saja tidak. Dosen harus lebih cerdas daripada AI. Ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI. Salah satunya AI tidak memiliki soft skill. Oleh karena itu, tegas Suyitno, dosen harus memiliki soft skill.
Ada beberapa soft skill yang harus dimiliki dosen. Pertama, dosen harus memiliki critical thingking. Dengan skill ini dosen bisa mengajar mahasiswa untuk senantiasa menggunakan pemikiran-pemikiran kritis. Critical thinking mengajarkan mahasiswa untuk tidak menerima mentah-mentah sebuah informasi, tetapi terlebih dulu mengamati dan mengevaluasi informasi tersebut. Critical thinking akan membantu para mahasiswa menyimpulkan suatu kejadian atau peristiwa dengan sudut pandang yang lebih kaya. Dosen yang memiliki pemikiran kritis harus menyadari bahwa ia mengajar mahasiswa bukan hanya untuk meluluskannya agar dapat memenuhi pangsa pasar saat ini. Dosen harus memikirkan jauh ke depan, skill apa yang harus dimiliki mahasiswa untuk menjawab tantangan di masa depan nanti. Dengan cara ini, kompetensi lulusan perguruan tinggi akan selalu up to date.
Kedua, soft skill yang harus dimiliki para dosen adalah kemampuan untuk membangun kemitraan dalam melakukan pengajaan (collaborative teaching). Saat mengajar, dosen harus mengetahui dengan siapa saja Ia dapat bekerjasama menyampaikan informasi penting kepada para mahasiwa. Dengan menggandeng pihak ketiga, cakrawala pengetahuan dan persepsi mahasiswa akan semakin luas dan beragam.
Terakhir, tegas Suyitno, soft skill yang harus dimiliki para dosen adalah bagaimana dosen tersebut dapat menggabungkan antara pendidikan, penelitian dan pengabdian (three in one). Dengan kemampuan ini, materi yang diajarkan dosen adalah informasi-informasi faktual yang diperas dari hasil penelitian yang mendalam. Berbekal pengetahuan berbasis penelitian ini, dosen dan mahasiswa akan memiliki konsep yang baik saat akan melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Materi yang disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat tersebut, disambut dengan antusias oleh para peserta. Dengan gaya kemampuan interaksi yang baik, Suyitno dapat memancing para peserta untuk menyampaikan ide dan pengalaman mereka saat mengajar. Tepuk tangan yang meriah terdengar menggema, saat Suyitno menutup materainya. Tidak sedikit dari para peserta yang meminta kesempatan untuk berswafoto dengannya. (LPM)
0 Comments